Jakarta Tak Selamanya Indah

Ini adalah sebuah karangan cerita pertama saya

Jakarta tak selamanya indah itulah judul karangan ini, banyak orang mengatakan Jakarta itu indah,tempatnya enak,nyaman,modern,dll tapi dibalik semua itu Jakarta memiliki suatu kepribadian yang berbalik dengan semua yang disebutkan tadi, ini adalah sebuah cerita yang mengungkapkan bahwa banyak hal yang memang indah, tapi darimana kamu tahu bahwa ha; itu indah sebelum kamu melihat keburukan yang tersembunyi didalam hal itu, dari ide itu saya membuat karangan cerita ini sambil mengisi waktu, berikut cerita karangan saya.


Cerita ini bermula pada suatu desa, tinggallah dua orang bernama udin dan Sulaiman, mereka selalu bersekolah bersama, bermain bersama, pulang dan pergi bersama, tapi yang pasti mengerjakan soal ulangan tidak bersama, mereka sahabat dekat, tapi akhir-akhir ini sulaiman sedih karena sahabatnya udin selalu membicarakan Jakarta ketika mereka bermain bersama.

“Eh,man kata kamu Jakarta itu indah gak?” Tanya Udin kepada Sulaiman
“Ah,biasa aja, kan lebih enak disini dari pada disitu,emang kenapa sih?kok akhir-akhir ini kamu sering ngomongin Jakarta? Balas Sulaiman kepada Udin
“Gak papa sih,tapi akhir-akhir ini kok aku ngerasa aku pengen banget ke Jakarta, di sana itu… indah,gemerlap cahaya,bagus, pokoknya sip dah.”jawab Udin dengan penuh semangat
“Iya kamu mikirnya yang enak-enaknya aja sih,coba pikirin sisi buruknya.”
“Ah gak ada tuh” jawab Udin tanpa pikir panjang
“Coba kamu pikirin, cara kamu kesitu gimana?naik karpet terbang?lw kira Aladdin.”
“Yah gimana ya,naik kereta kali.” Jawab Udin dengan bingung
“Dapet uang dari mana?”Tanya Sulaiman ke pada Udin
“Ehhh,gimana kalo kita naik kereta tapi gak bayar,diem-diem aja,gimana?atau bisa pake tabungan gw buat sekolah?”
“Gila lw,lw kira apa,eh kita ini bukan penjahat masa mau naik kereta kayak gitu,itu namanya..ah! pokoknya jangan deh,Jakarta sudah meracuni otakmu,parah! Tobat lw,lagi pula kalo pake tabungan,mau bayar sekolah pake apa?”
“yah mau gimana lagi?”
“Ah!udahlah lupain tentang Jakarta, emang Jakarta itu indah tapi Jakarta itu letaknya jauh, belum tentu aman kalo di Jakarta, lebih baik disini, rumah kita sendiri,(kayak lirik lagu aja,lebih baik disini rumah kita sendiri~ ah udahlah lanjutin ceritanya)disini sejuk, disini enak walaupun fasilitasnya tak selengkap Jakarta tapi ada sesuatu yang Jakarta tak punya disini,masa di Jakarta ada sawah,lagi pula noh liat tipi di kantor lurah film ”si bolang” yang tempatnya di desa aja dapet penghargaan,makanya mending kamu lupain Jakarta.”
“Tapi tekadku sudah bulat,lonjong dan kotak, pokoknya aku ingin ke Jakarta”
“Terserah kamu lah din,pokoknya aku dah ngingetin kamu,jangan salahin aku kalau kamu diculik atau yang lainnya”

Setelah perdebatan panjang itu Udin segera pulang kerumah, membahas tentang keinginannya untuk pergi ke Jakarta.
“Tok,tok,tok” si Udin mengetuk pintu rumahnya
“Eh Ibu,masak apa bu?” Tanya Udin kepada Ibu
“Masak nasi” jawab Ibu
“Udin juga tau bu,maksud Udin masak lauk apa?”
“Ooo,bilang dong,masak ikan lele” jawab Ibu kepada Udn
“Asik,makan enak deh,hehehe,kayaknya bapak gak kebagian nih,Udin abisin ah”
“Pasti kebagian lah,punya Bapak udah Ibu simpen punya kamu ada di meja”
“Yah gak bisa makan banyak deh” Udin langsung cemberut
“Yah udahlah,makan aja tuh yang ada, jangan serakah gitu dong”jawab ibu sambil menasehati.
“Iya,iya Udin minta maaf” lalu Udin makan dengan cemberut

Tiba-tiba setelah Udin makan dia mendengar suara ketukan pintu,lalu Udin membukakannya,ternyata itu Bapaknya yang pulang setelah bekerja di ladang.

“Silahkan masuk pak” udin menyambut Bapaknya
“Tumben amat baik kayak gitu,kesambet apaan?”
“Kesambet?enggak lah pak ini kan ekspresi seorang anak yang senang melihat bapaknya pulang setelah bekerja”padahal Udin sedang baik kepada Bapaknya agar diperbolehkan ke Jakarta.
“Hahaha,makasih sudah menyambut bapak”

Ditengah menemani makan Bapaknya Udin perlahan-lahan menyinggung Jakarta pada pembicaraanya.

“Pak,bapak pernah ke Jakarta belum?” Tanya Udin kepada Bapaknya
“Belum,emang kenapa?”Tanya Bapaknya kepada Udin
“Ya gak papa sih,eh tapi Jakarta itu indah ya pak”
“Enggak juga”jawab Bapaknya
“Masa sih, kok pada bilang gitu ya,tadi Sulaiman,sekarang Bapak, ngomong-ngomong pak boleh gak kita ke Jakarta?pliss”Tanya Udin sambil memohon
“hah!ke Jakarta? Buat apa?”Tanya Bapak dengan kaget
“Ya buat lihat pemandangan Jakarta”jawab Udin
“Pertama naik apa?kedua dapet uang dari mana?ketiga mending disini, biaya untuk kesana mahal,biaya itu bisa kita pake buat makan kita selama sebulan,coba pikirin mengikuti kata nafsu bisa buat kita gak makan”
“Tapi aku dah pengen banget aku dah mikirin ini selama satu bulan”
“Apa yang kamu pikirin?kalo kamu mikir pasti tau betapa biaya kesana itu mahal, bolak-balik dari Jakarta kesini,yang kamu pikirin itu Cuma indahnya doing!kamu gak mikirin kehidupan keluarga,coba kamu pikirin itu,sekarang bapak udah capek, bapak mau tidur”
“Ah!kalo bapak gak mau ikut,yaudah Udin aja sendiri yang pergi kesana!” Udin mulai kesal dengan orang sekelilingnya yang tak sependapat dengan dirinya.
“Terserah!”Jawab bapaknya yang kesal yang tak bisa mengendalikan emosinya setelah bekerja,pagi dan malam dan ditambah lagi anaknya yang bersikeras ingin pergi kejakarta

Akhirnya besok paginya Udin nekad pergi kejakarta,pada saat jam 2 pagi Udin dengan segera menulis surat sebelum pergi ke Jakarta,suratnya berisi

“Pak,Bu,Udin udah gak bisa nahan diri untuk pergi kejakarta, oleh karena itu Udin mau pergi kejakarta,Udin tinggalkan surat ini untuk Bapak dan Ibu agar Bapak dan Ibu udah gak perlu nyari Udin lagi,sekarang Udin pergi ke Jakarta sendiri karena bapak dan Ibu enggak mau nemenein Udin,Udin naik kereta dan biayanya dapet dari tabungan Udin,Udin pecah tabungan Udin buat berangkat dan pergi dan juga untuk makan disana,semoga Bapak dan Ibu sehat selalu,Udin Cuma dua hari disana. Tertanda Anak mu tersayang Udin”

Udin memasukkan barang-barangnya dahulu juga uang tabungannya yang ia simpan dibawah tempat tidurnya dan Udin pun berangkat ke stasiun kereta api,ia membeli tiket dan ia pun segera pergi ke Jakarta,ia membeli peta Jakarta di stasiun kereta, ia berputar-putar ke Jakarta.

Dilain tempat bapaknya sedih dan menyesal telah membentak dan membiar anak satu-satunya ke Jakarta,Bapaknya kira Udin hanya membentak saja,tapi ia benar-benar pergi ke Jakarta dan sekarang si Udin sudah di Jakarta.

“Wah!,Jakarta bagus sekali banyak gedung-gedung tinggi, banyak kendaraan bermotor, modern sekali,ada Monas juga, ramai orang pula,wah”Udin kagum melihat keindahan Jakarta

Setelah berputar-putar Jakarta,hari pun semakin larut

“Waw,indahnya Jakarta, gemerlap cahaya lampu menerangi Jakarta gak kayak di kampung, gelap” ia berjalan-jalan memandangi lampu-lampu yang bertebaran di Jakarta
“Tapi kayaknya ada sesuatu,apa ya?firasatku juga buruk”

Udin tidak tahu bahwa ada yang mengamatinya dari tadi di belakangnya,tapi ketika ia menoleh kebelakang tidak ada apa-apa.

“Ah,gak ada apa-apa,jalan lagi ah”

Tapi ia tidak tahu bahwa ia telah di buntuti sejak tadi,tiba-tiba pada saat Udin memasuki jalan yang agak sepi dari belakang muncul penjahat yang ingin menangkap Udin,ternyata penjahat itu berhasil menculik Udin.

“Hahaha,anak kecil berkeliaran di Jakarta sendirian,lebih baik aku jual dia,aku bisa dapat keuntungan yang banyak,hahaha,anak kecil besok kau akan ku jual sekarang kau akan kutempatkan dalam gudang,hahaha” ternyata sang penjahat ingin menjual Udin!
“Ampun pak,eh maksudnya om,eh maksudnya,mas,ya apalah ,jangan jual saya, saya kurus pak,gak laku deh pak,eh maksudnya om,eh maksudnya mas,ya apalah,mending cari korban lain aja,jangan saya”
“Bodo amat mau segentong kek mau sepentolan korek api kek,juga gak papa”

Pada malam harinya si Udin di gudang menyesal kerena tidak memperhatikan omongan temannya,dan omongan bapaknya,sekarang Udin tau bahwa Jakarta tak selamanya indah tetapi penyesalan selalu datang terakhir, Udin sudah terlanjur di culik, yang Udin bisa lakukan sekarang hanyalah berdoa dan berdoa kepada tuhan yang maha kuasa.

Keesokan harinya

“Heh anak kecil,apakah kau sudah siap untuk dijual?” Tanya sang penjahat kepada Udin
“…”sambil menghela napas panjang Udin hanya pasrah akan dijual

Tapi tiba-tiba dari kejauhan ia melihat dua sosok orang yang dia kenal dan bersama polisi,

“Apakah aku bermimpi?Bapak?Sulaiman?” sambil mengusap matanya
“Sudah kubilang jangan ke Jakarta begini nih akibatnya” jawab Sulaiman
“Lebih baik kau dengarkan omongan sahabatmu nak” jawab Bapak menasehati Udin
“Tapi,kenapa kalian ada disini?”
“Saya hanya ingin menolong sahabat saya yang ada dalam masalah,karena itu gunanya sahabat” jawab Sulaiman
“Dan Bapak hanya ingin menolong salah satu anggota keluarga yang keras kepala”

Tampaknya Sulaiman dan Bapak telah membuntuti Udin ke Jakarta mereka gelisah jika Udin terjadi apa-apa.

Dan tampaknya Udin perlahan meneteskan air matanya karena terharu bercampur rasa menyesal dalam dirinya.

“Bapak,Sulaiman, terima kasih ya,engkau memang seorang sahabat yang baik,dan Bapak adalah pemimpin keluarga yang baik,sekali lagi Udin ucapkan terima kasih,Udin tidak akan mengulang perbuatan ini lagi,Udin berjanji”
“Sudah-sudah, Bapak maafkan,lain kali jangan nekad gini lagi,ok”

Dan polisi itu pun menggiring penjahat itu ke penjara, sementara Udin kembali hidup bersama keluarganya dan sahabatnya yang selalu sabar menemaninya bermain bersamanya dan juga sabar mendengarkan ocehan-ocehan mimpi-mimpi nya.

Dikampung halamannya, di tempat yang lebih baik, walaupun tidak terlalu baik.

Tamat

By : Black(Ozzy)
(Azhar Rhozaq A)

0 comments:

Post a Comment