seorang anak
yang hidup penuh kesengsaraan
namun dihatinya mengalir benih-benih cinta
yang dialirkan oleh seorang gadis cantik jelita
sang anak hanya mampu berharap
walaupun ada gunung everest
tidak setinggi harapan
sang anak
yang berharap mendapatkan sang permaisuri dihatinya
sang anak selalu memikirkannya
namun, tak sedikitpun terpikir sang anak
oleh permaisuri
kejamkah dunia ini
hingga membuat sang anak sengsara
anak tak bersalah
yang mengharapkan sang permaisuri setinggi melebihi apapun
apakah keadilan dunia sudah tidak ada
sang anak hanya ingin permaisuri menjadi miliknya
tapi hal itu tidak dapat tercapai
karena sang permaisuri dengan kejam mengecamnya
dengan kata biasa tapi bagaikan jarum yang menusuk hatinya
sangat dalam
hingga membuat sakit yang tiada tertahankan
menyakitkan
melebihi sakit tertusuk panah
peluru
meriam sekalipun
anak hanya menjadi sang punduk merindukan bulan
selamanya tidak mendapat seorang belahan jiwanya
yang rela menjadi bagian dari jiwanya
walaupun sang anak buruk rupa
tak ada seorang permaisuri yang ikhlas dan rela
menjadi miliknya sepenuh hati
kejamnya dunia ini
hingga membuat seorang anak sengsara
tak pernah sedikit pun
ia menyinggungkan senyum dibibirnya dengan ikhlas dan senang
yang ada hanya tersenyum paksa dibalik kesedihan yang mendalam
melebihi dalam lautan terdalam di dunia ini
By: Blue (Adam)
(Adhimas Aulia Muhammad)
7 Maret 2009, jam 4.20 - 4.32
0 comments:
Post a Comment