A Story
Cerita ini menceritakan aku dan pacarku yang sedang pergi berwisata saat wisuda ke sebuah desa dipinggir pantai.
kami sangat menikmati perjalanan itu, pada pagi hari kami berkeliling desa dan bermain pasir di pantai, pada malam harinya kami bercerita bersama semalaman di depan api unggun yang menyala-nyala dan menghiasi pantai itu dengan suasana remang-remang, semua berjalan dengan lancar dan bahagia, pada malam hari sebelum pulang, pacarku mengenalkan alat musik bernama gitar yang pada masa itu belum tenar, pacarku memainkan sebuah lagu yang indah dan membuat aku terpesona dengan nada-nadanya.
Pertama kali aku bertemu pacarku adalah ketika aku pertama kali duduk di bangku universitas ketika kami sedang melakukan ospek. Pada saat itu ia sedang bingung mencari barangnya yang hilang tapi ia tetap tidak menemukannya lalu aku datangi dirinya dan aku langsung bertanya, “ada apa?” ia menjawab “aku sedang bingung mencari barang, aku takut sekali, kalau tidak bawa barang itu mungkin aku bisa dimarahin habis-habisan oleh ayahku”, “memang barang apa yang hilang?” aku bertanya, “sebuah dompet berisi Rp.500.000 untuk bayar uang sekolah”, aku terkaget-kaget karena 500.000 pada masa itu sangat besar, tapi aku melihat ke kanan dan melihat sebuah dompet berwarna hijau di pegang oleh kakak senior, aku langsung mendekati kakak senior dan berkata, “Maaf kak, itu dompet teman saya, boleh saya minta?”, “enak aja main langsung minta, mana teman kamu? Mau saya marahin itu anak, punya barang gak dijaga”, mendengar kata-katanya aku langsung merubah perkataanku, “maaf kak, maksud saya itu punya saya” , “oh jadi ini punya kamu? Kamu mau ngambil lagi?”, “iya kak”, ia menjawab “kalo gitu langsung ambil posisi push up, langsung aja push up 30 kali”, aku langsung mengerjakannya, dan setelah itu aku baru diberi dompet itu, tapi tampaknya perempuan itu sudah pergi entah kemana, aku langsung berlari mencari dia, tampaknya tidak ketemu, susah sekali mencari dia, karena semua perempuan di ikat 6 pita rambutnya.
Setelah pulang aku menemukannya sedang duduk di pinggir trotoar dengan muka sedih dan murung, aku langsung mendekatinya, “hei, kamu yang dompetnya tadi hilang kan?”, ia menjawab “iya, tapi aku masih sedih, dompetku belum ketemu sampai sekarang, aku harus bagaimana, uang 500.000 itu sangat besar”, “ah tak usah khawatir, dompetmu warna hijau?” aku bertanya, “iya!”, “kalau begitu, betul tidak ini dompetmu?” sambil menunjukkan dompet yang kutemukan, “iya betul!” ia menjawab dengan nada yang sangat ceria, dan tidak tahu kenapa mungkin dompet itu sangat berarti baginya ia langsung memelukku, hatiku berdebar kencang, mukaku tampaknya memerah, dan tubuhku terasa tak bisa bergerak, aku hanya terdiam, dan tampaknya aku jadi suka padanya, setelah kejadian itu setiap pulang sekolah, kami jadi sering pulang bersama, karena kebetulan rumah kami satu arah untuk pulang tapi rumah dia lebih jauh sedikit dari rumahku jadi aku mengantarnya pulang terlebih dahulu baru pulang ke rumahku, dan kami jadi semakin akrab, dan kami pun berpacaran, itulah ceritaku bertemu dengan pacarku, lanjut cerita.
keesokan harinya. Yah, mungkin kami sedikit sedih karena semua kesenangan-kesenangan terakhir saat sekolah sudah berakhir sampai disini, yah mudah-mudahan banyak reuni-reuni ketemuan lagi, jadi hubunganku dengan teman-temanku tidak putus sampai disini, setelah pulang nanti aku dan pacarku berniat untuk mengenalkan pacarku dan aku ke masing-masing orangtua kami, kami menyiapkan barang-barang kami untuk pulang, sambil kembali mengingat kenangan-kenangan wisata itu.
kami naik kereta untuk pulang, aku duduk disebelah pacarku dan saat itu aku sedang ingin ke toilet dan aku segera pergi ke toilet, saat itu kereta kami ada di tengah-tengah hutan yang gelap dan rimbun, sejak awal aku sudah merasakan firasat yang buruk mengenai perjalanan pulang, tapi aku menghiraukan firasat itu, pada saat sampai di toilet, tiba-tiba tidak disangka rel kereta api tersebut patah dan mengakibatkan kereta itu menabrak sebuah batu besar sehingga kereta itu mengalami kecelakaan yang membuat kereta itu terbelah dua, bagian depan dan bagian belakang, aku ternyata selamat dari kecelakaan, ketika itu juga aku segera keluar dari kereta dan terkejut melihat bagian kereta dibelakangku karena aku tidak melihat gerbong kereta dibelakangku, gerbong kereta itu terlempar entah kemana.
Aku merasa sangat sedih, karena pasanganku ada digerbong dibelakangku, aku sangat sedih, hingga sukar untuk melupakan kejadian tersebut. aku dan yang lainnya dibawa pulang oleh tim penyelamat yang segera datang ketempat kejadian. aku memohon kepada tim penyelamat untuk menemukan pacarku yang hilang,
Namun sudah satu tahun berlalu aku tidak mendapat kabar tentang pacarku, aku jalani hari-hariku dengan sepi, dan seperti orang yang sangat kehilangan, hari demi hari aku menunggu teleponku untuk berbunyi, hanya sedikit telepon yang masuk, dan itupun hanya telepon tagihan listrik, air ,dan lain-lain. Tak ada telepon tentang pacarku,
pada suatu malam, aku disuruh pergi berbelanja mie instant untuk makan, karena ibuku sedang tidak masak pada saat itu, aku diberi perintah ke supermarket terdekat, setelah selesai membeli aku pulang kerumah. Aku dapati pintu rumahku yang setengah terbuka tidak terkunci, dan aku masuk membuka pintu dengan perlahan dan melihat seseorang berpakaian hitam dengan celana hitam dan sebuah masker yang menutupi mukanya dan berlari keluar dengan kencang. Pada saat itu ibu dan ayahku sudah sangat tua, ketika ada orang masuk, ia sudah tidak bisa melawan, maling itu masuk dan mengambil beberapa barang-barang, dan membunuh kedua orang tua-ku yang sudah tua renta dan di depan kedua mataku! Maling itu lari keluar rumahku dengan kencang.
Aku ingin sekali mengejar maling itu tapi aku lebih memilih orang tuaku untuk diselamatkan, aku datangi kedua orangtua ku dengan cepat, “ayah, ibu ayo cepat ke rumah sakit, aku panggilkan ambulan untuk kalian”. Ayahku menjawab dengan pelan, dan menahan rasa sakit karena sebuah pisau menancap di perut beliau, “tidak usah nak, sebentar lagi nyawa kami akan dijemput, ayah hanya pesan, percayalah bahwa ia akan datang, pacarmu itu yang sering engkau ceritakan, dan siapapun ia ayah punya firasat ia orang baik, ayah telah merelakan hubunganmu dengannya”. Ibuku juga berkata “iya nak, walaupun pacarmua sudah tiada, relakan lah ia dan carilah pasangan yang baik, agar kau tidak menyesal nantinya, orang yang menjemputku telah datang, jadilah orang yang baik, kutunggu engkau diatas sana dengan muka gembira dan bahagia”. Malam itu aku menangis tersedu-sedu di sebelah kedua orang tua ku yang telah memejamkan matanya, yang tidak bisa bergerak kembali. Aku hanya duduk disebelah kedua orang tuaku sambil menunggu mobil jenazah datang membawa kedua orang tuaku.
Karena semua kejadian itu aku mendapat sedikit gangguan jiwa, hatiku sungguh tertekan, aku mengenal minuman keras pada masa itu. Kemudian aku mulai mabuk-mabukan, tagihan-tagihan tidak aku bayar tepat waktu karena mengutamakan mabuk-mabukan. Uangku mulai menipis karena terus mabuk-mabukan, aku menjadi hidup dijalan karena semua tagihan-tagihan memberatkanku. Rumahku kujual, tapi tetap saja, uangnya hanya untuk mabuk-mabukan, semakin hari uangku semakin habis, dan aku berfikir untuk mencari pekerjaan.
Satu Tahun berlalu.
Aku sudah melupakan pacarku karena aku terlalu banyak mabuk-mabukan. Suatu saat aku ingin mencari pekerjaan, tapi tidak di terima dimana-mana karena aku sering mabuk-mabukan. Aku menyesali perbuatanku, sempat aku berfikir bahwa tak ada lagi masa depan yang cerah, tapi aku ingin sekali untuk berubah, namun sangat susah untuk berhenti bagiku. Aku melakukan pengharusan diri untuk berhenti, aku buang minuman keras itu ke tong sampah, lalu pergi meninggalkannya, tapi nafsuku sudah tidak bisa terbendung lagi, aku ingin mengambil lagi minuman keras yang telah dibuang ke tong sampah karena aku tidak punya uang lagi untuk membelinya. Di perjalanan ke tong sampah itu, aku melihat ke seberang jalan, sebuah toko yang menjual alat-alat musik. sebuah benda yang tidak asing, lalu aku segera menghampirinya, warnannya coklat, ada lubang di tengahnya, dan ada 6 senar di atasnya.
Lalu aku jadi teringat dengan pacarku dan kejadian lalu-ku. Aku jadi sedih, dan aku sudah tidak ingin mabuk-mabukan lagi, dan aku tatap gitar itu dalam-dalam dan aku merasa sangat ingin memilikinya, dan aku lihat harganya ternyata murah, tapi sayang uang-ku sudah habis untuk mabuk-mabukan. Sebuah bisikan jahat muncul dibenakku untuk mencuri gitar itu. Aku melihat keadaan sekitar, dan setelah kosong, aku menjalankan aksiku mencuri gitar tersebut, dan lari sekencang-kencangnya. Lalu setelah jauh, ku coba untuk memainkannya. Pertama kali aku mencoba masih sumbang suaranya, setiap hari aku terus memainkan gitar itu. Aku mencoba untuk mengemis dengan bermain gitar, aku mendapatkan uang setiap harinya. Walaupun permainan musikku kurang bagus, tapi aku terus mengemis dan uang-uang itu aku tabung dengan penuh kesabaran.
Suatu hari, aku bertemu dengan pemilik toko yang gitarnya aku curi. Aku tertangkap oleh pemilik toko itu dan dihajar habis-habisan oleh orang setempat. Beruntungnya aku, aku hanya mendapat memar, namun aku merasa sedih karena aku sudah tidak mempunyai gitar.
Lalu aku teringat dengan uang tabunganku. Aku pergi mencari toko musik, dan mencoba membeli sebuah gitar yang paling murah di antara gitar-gitar lain, tapi uangnya masih belum cukup. Aku hanya memandangi gitar itu dengan penuh harapan untuk memilikinya. Kemudian seorang kakek-kakek sang pemilik toko musik itu menghampiriku, ia tersenyum padaku. Dan ia berkata "kau menginginkannya nak? berapa uang yang kau punya?" aku menunjukkan beberapa uang logam receh yang masih belum cukup untuk membeli gitar tersebut. Pemilik toko itu berkata kembali "jadi begitu ya? uang kamu tidak cukup? Ambillah gitar ini, untuk sisanya bayarlah dengan permainan gitar-mu", lalu Aku berkata "tapi, aku masih belum handal memainkannya". Pemilik toko itu berkata "tak masalah seberapa lambat jarimu memetik gitar, tak masalah seberapa kecil pengetahuan yang ada padamu tentang gitar. Musik bukan berasal dari otak, tapi musik berasal dari hati, cobalah bermain dengan menggunakan hatimu", lalu pemuda itu kembali berkata "Tapi...", dan pemilik toko itu memotongnya dengan cepat "jangan mengatakan kata tidak bisa, cobalah atau gitar ini tidak jadi kuberikan?", pemuda itu segera menjawab "baiklah-baiklah".
Lalu aku memainkan gitar itu, tapi suaranya sumbang, lalu pemilik toko itu berkata "hey, ingat, jangan pedulikan aku, bermainlah seperti bagaimana perasaan hatimu", lalu aku memainkan gitar itu sekali lagi, sambil memikirkan awal pertama kali aku mengenal gitar, yaitu mengenang pacarku pada saat bermain gitar, dan semua kenangan wisata itu, tanpa terasa, aku bagaikan kembali ke masa lalu, dan aku disadarkan dengan suara keras sebuah tepukan tangan dari tangan pemilik toko itu, aku tidak merasa telah memainkan sebuah lagu, aku berkata pada pemilik toko itu "tapi, aku belum memainkan sebuah lagu", lalu kakek itu berkata "begitulah musik saat kau mainkan dengan hatimu, kau sudah terbawa suasana hatimu yang membuat jari memetik senar-senar begitu saja. Terima kasih nak, kamu telah membuatku ingat bagaimana rasanya bermain dengan hati. Ambillah gitar ini, jangan biarkan musik-musik ini redup suaranya", Aku berkata lagi "terima kasih kek, terima kasih atas segalanya" lalu aku pergi meninggalkan toko musik itu dan memainkan gitar itu.
Setiap hari aku bermain disebelah toko musik itu karena aku lebih nyaman bermain disana, dan kadang-kadang aku mengunjungi toko itu ketika sepi. Belajar bermain gitar bersama pemilik toko itu, aku di ajari cara membaca tab dan diajari bagaimana memetik gitar dengan benar. Aku diberi tahu beberapa lagu, yang menjadi modal bagiku, dan ketika para pelanggan berdatangan aku langsung keluar untuk mengemis dengan gitarku.
Aku memainkan lagu-lagu yang barusan aku pelajari, dan hasilnya lumayan. orang-orang memberi beberapa uang. Uang itu aku tabung, untuk membeli senar baru untuk berjaga-jaga jika senarnya putus. Hari demi hari permainan gitarku menjadi membaik, aku mulai mencoba-coba membuat laguku sendiri. Tampaknya banyak orang berdatangan yang ke toko musik itu, dan orang-orang pulang dengan mendengar alunan musikku. Toko itu menjadi laris. Beberapa musisi terkenal mulai mengunjungi toko itu. suatu siang seorang musisi terkenal datang ke toko itu dan mendengarkan beberapa lagu yang kubuat. Ia lalu bertanya, “hey, itu lagu siapa ya? Kok indah sekali”, lalu aku menjawab “umpphh, terima kasih, maaf tapi ini lagu buatan saya”, “wow, hebat skali kamu, mau ikut denganku? Kukenalkan kamu ke seorang produser musik, mungkin kamu bisa dibuatkan rekaman lagu”, “owh, terima kasih, tapi sepertinya saya tidak tertarik”, “tidak tertarik ya? Bagaimana jika kubelikan sebuah gitar baru? Jika kau berhasil membuat rekaman”, “Baiklah!” aku menjawab dengan cepat.
Aku di ajak ke sebuah rumah yang megah dan indah. Taman-tamannya hijau, terdapat pancuran air mancur yang indah dengan tatanan bunga-bunga di halaman depan rumahnya.
Lalu ia mengetuk pintu, “permisi, ini saya jakk, pak produser ada?” ia berbicara kepada pelayannya, lalu sang pelayan menjawab “owh ada2, silahkan masuk, eh, tapi ini siapa yang bersama anda?”, jakk menjawab “ini teman saya, permisi” lalu kami masuk ke rumah megah itu. Didalamnya sungguh indah, rumah dengan lantai marmer berwarna krem dengan ruang tamu yang megah pula, dengan tv yang besar dan juga sofa-sofa yang kelihatan mewah dan empuk.
Ada dua tangga yang menuju atas yang mengitari ruangan itu dengan karpet di tiap-tiap anak tangganya, aku langsung naik bersama jakk, menuju sebuah pintu berwarna hitam dengan sedikit ukiran di pinggir pintunya, “tok!tok!tok!” jakk mengetuk pintu, dari dalam ruangan ada orang yang menjawab “masuk saja, tidak di kunci”, lalu kami pun masuk ke ruangan itu. Tampak seorang laki-laki yang ternyata dia adalah produser musik yang ingin dipertemukan dengan ku.
Ia sedang sibuk mengerjakan sesuatu di meja kerjanya, ia berkata “ada apa jakk?” tapi masih menengok kebawah kearah kertas yang ia kerjakan “ini, ada teman saya, yang mempunyai kemampuan gitar indah”, “hah? Mana?”, lalu aku maju selangkah seperti menunjukkan dirinya di depan produser. Ia terkaget2, “Hah? Siapa ini? Pengemis dilarang masuk, pergi sana”, lalu jakk berkata “pak, dengar dulu…”, pak produser memotong “halah, udah pergi, Keamanan!!! Usir pengemis itu keluar”, jakk membela “Tapi pak!”, produser itu tetap bersikeras “Diam! Lagi pula kenapa kamu panggil pengemis itu kesini, bajunya kumuh, celananya kumuh, mukanya juga kumuh”, “tapi ia jago main gitar pak, suaranya indah nan merdu” jakk membela, tapi malangnya, aku diseret keluar oleh keamanan, tapi jakk masih berbicara di dalam, produser itu menjawab jakk “halah, mana mungkin orang seperti itu jago main gitar, ada-ada aja kamu”, “Akh! Bapak liat dulu kemampuan dia baru boleh berbicara”, “Saya tidak ada waktu buat orang seperti dia!”, lalu dengan emosi jakk keluar ruangan itu, meninggalkan rumah dan mengejar saya. “hey, maaf ya yang dikatakan bapak produser tadi”, aku menjawab “yah memang benar kok yang dikatakan pak produser”, “enggak kok, bagaimana pun caranya, kemampuan kamu harus di manfaatkan”, aku menjawab “halah, udah g usah, orang seperti saya ini, g bisa apa-apa, saya juga sudah capek, saya mau kembali ke toko itu lagi”,”tenang2 sebentar dulu, gini deh, kamu mainkan beberapa lagu dulu di rumah saya dan makan terlebih dahulu, baru boleh pulang”, aku menerima tawarannya karena perutku sudah ber gemuruh meminta makan.
Aku di ajak kerumahnya, rumahnya cukup besar, tapi tidak sebesar rumah produser tadi, aku di beri hidangan yang lezat-lezat, aku baru merasakan ini sejak 2 tahun yang lalu, setelah makan, aku disuruh memainkan beberapa lagu, aku memainkan lagu-lagu buatanku dan menjadi kesukaanku. Tampaknya ketika aku bermain, tanpa disadari Jakk membawa sebuah alat perekam yang merekam semua lagu yang kumainkan, aku berjabat tangan dengannya. Ia berkata “terima kasih sudah mau meluangkan waktu” aku menjawab “sama-sama telah memberiku makanan yang lezat, yah mungkin kita sampai disini saja, sampai jumpa” aku pergi meninggalkan rumahnya dan kembali ke toko itu.
Dilain tempat si jakk kembali ke rumah produser itu dan membawa sebuah rekaman yang berisi rekaman lagu-laguku, lalu si jakk menyerahkannya ke produser, “Pak, anda tidak ingin mendengarkannya ia bermain kan? Ini cukup dengarkan rekamannya saja, aku rekam secara diam-diam dari-nya”, lalu produser itu menerima rekaman itu, dan mencoba memainkannya di pemutarnya, lalu ia terkejut, “Kamu jangan bercanda! Ini lagunya?”, “iya pak, makanya dengerin dulu baru bicara”, “Segera panggil orang itu kembali!”, jakk berkata “masa cuma saya? Bapak juga dong, sekaligus minta maaf ke dia, apa saja yang bapak katakan padanya”, “ya, baiklah”, lalu jakk dan produsernya datang ke toko musik itu, produser itu meminta maaf atas semua kejadian yang terjadi dan produser itu memintaku pergi ke studio untuk membuat rekaman, aku terima tawaran itu karena janji sebuah gitar masih ada.
Lalu aku diberi kesempatan sekali lagi memainkan lagu-lagu buatanku dan ternyata berhasil membuat semua orang di studio itu memejamkan mata sambil tersenyum karena lagunya yang merdu, indah dan terkesan slow, lalu aku berhasil membuat sebuah cd yang tampaknya langsung disebar ke seluruh radio dan juga para pendengar radio langsung banyak yang merespon baik kepada radio yang memutar lagu-laguku tersebut, dan aku di ajak main bersama jakk sebagai gitaris akustik di band-nya, aku menikmati dunia musik ini, namaku mulai melambung ke atas, dan aku memilih untuk menjadi gitaris solo, kemudian aku diajak untuk solo concert.
Dilain tempat pacarku ternyata sudah ditemukan, kecelakaan kereta itu mengakibatkan gerbong kereta pacarku terlempar jatuh ke bawah jurang dan menuju laut, gerbong kereta itu terus mengambang di laut sehingga terdampar di sebuah pantai dan tampaknya ia mengalami gegar otak yang mengakibatkan hilangnya ingatan. Ia pun dirawat oleh orang-orang desa terdekat, tampaknya orang-orang disana telah mengetahui bahwa ia bukan orang dari desanya karena kartu pengenalnya. Lalu penduduk desa itu memanggil polisi, dan pacarku di bawa kembali ke kota, lalu ia di rawat di rumah sakit.
Ia baru saja keluar dari rumah sakit setelah dirawat berbulan-bulan. Setelah ia sembuh dari luka-luka setelah kecelakaan itu, ia kembali kerumahnya. Ia di sambut haru dan di peluk oleh kedua orang tuanya yang masih ada dirumahnya.
Aku pada saat itu sedang tampil di sebuah concert yang menurut ku konser besar. Hanya aku sendiri bersama gitarku di depan kamera yang merekamku secara langsung dan juga ratusan orang yang menontonku di sebuah gedung megah yang bercorak mewah. Pada saat itu semua suasana menjadi hening, dan saat itulah saatnya kumulai petikan gitarku. Petikan pertama disambut oleh tepuk tangan seluruh penonton. Aku terus melanjutkan permainanku yang ku mainkan dengan sepenuh hati, tanpa menghiraukan orang-orang di sekitarku, hanya ada aku, kenanganku, dan gitar ini.
Pacarku sedang di rumah-nya. Secara tidak sengaja, ia melihat satu tayangan di TV, dan ia melihatku tampil membawakan lagu-lagu nan indah. Sayangnya, ia masih tidak ingat semua kejadian-kejadian yang baru saja ia alami. Tapi entah kenapa di hatinya ia ingin sekali ke tempat konser ku, ia mengambil sepedanya dan memutar pedalnya dengan kencang menuju gedung konserku. Tapi, penampilanku sudah selesai, dan aku sedang berjalan kaki untuk pulang karena menurutku lebih baik jalan kaki karena rumahku tidak terlalu jauh dan aku melewati sebuah taman yang indah ketika malam dengan lampu-lampunya yang menerangi seluruh taman. Tidak ada salahnya untuk berjalan kaki.
Lalu ketika aku berjalan menuju rumahku aku melihat sesosok orang yang sangat kukenal sedang mengendarai sepeda. Lalu entah kenapa, ia menekan rem sepedanya, dan berhenti tepat di depanku. Ia turun dari sepedanya dan menghiraukan sepedanya yang jatuh begitu saja. Begitu pula aku, aku sedang memegang gitar dan tanganku tiba-tiba lemas dan membiarkan gitar yang kupegang jatuh begitu saja. Tatapanku hanya terpaku pada satu orang dan tampaknya matanya juga terpaku padaku, aku melangkahkan beberapa langkah kaki kearah nya. Dengan cepat, ia berlari ke arahku dan langsung memelukku, ia berkata "aku rindu padamu. Aku terkena gegar otak, dan membuatku lupa semua kejadian yang ku alami, sekarang aku sudah ingat, kau adalah pacarku. Terima kasih, kau telah menyembuhkanku, bukan hanya dari hilangnya ingatan-ingatanku, tapi dari hatiku yang sakit. Hatiku yang perih karena rasa hilang yang terlalu dalam dihatiku, tapi sekarang aku sudah bertemu dengan mu lagi. Satu lagi kata yang terlupakan. Aku sayang padamu." aku hanya terdiam dan menahan air mata yang mulai memenuhi kelopak mataku dan berlomba-lomba ingin keluar dari kelopak mataku.
Malam itu aku sangat bahagia. Aku banyak bercerita dengannya di taman yang kuceritakan tadi. Aku telah menemukan kembali sosok yang dulu pernah ada dan tiba-tiba menghilang, dan kami pulang dengan perasaan haru di tengah angin malam yang berhilir lembut dan dibawah sinar rembulan yang terang benderang.
By:Black(Ozzy)
(Azhar Rhozaq A)
0 comments:
Post a Comment